Kamis, 04 Maret 2021

Tak Melulu Menjadi Pendengar yang Baik

Hujan menderas sore itu. Aku menikmatinya dari balik jendela. Lalu aku teringat perbincangan siang tadi dengan temanku. "Lagi galau?" sebuah tepukan mengejutkanku. Aku seketika langsung menoleh. Dia lalu bertanya "lagi mikirin apasih?" mendengar bertanyaan darinya aku lalu tersenyum. Aku tahu temanku itu tak akan suka mendengar keluhanku yang sudah dia dengar kemarin lalu. Aku tak mungkin mengulangnya. Aku teringat cerita teman lain, "ampun dah kupingku sampe bengkak. Setiap kali ketemu dia aku harus mendengarkan keluhannya apalagi kalo bukan soal pacarnya, astaga aku ini temennya apa psikiaternya?"
Sahabat dan kekasih adalah tempat kita berbagi tawa dan air mata. Namun, sebenarnya tak ada orang yang benar-benar bisa menerima kesedihan kita setiap saat. Aku pernah menemukan di status facebook: Orang bijak berkata, bersiaplah sendirian kalau kita bersedih hati. Karena sesungguhnya tidak ada orang yang suka dengan orang yang 'rapuh' dan 'berkeluh kesah'. Kalimat ini tampak tidak berhati, tetapi membuat kita selalu survive...

Nyatanya kita memang harus memilih kapan saatnya membagi keluhan dan kapan harus menyimpannya sendiri. Ada banyak cara seseorang mengeskpresikan perhatiannya, tak melulu menjadi pendengar yang baik. 

0 komentar:

Posting Komentar